Student Hijo, Sebuah Karya Klasik Bagi Pecinta Sastra Indonesia
Ketika duduk di bangku SMA tingkat pertama, aku menemukan buku ini dengan tanpa sengaja di toko buku loakan. Dalam kondisi senang juga bercampur sedih. dimaksudkan senang karena bisa dengan beruntung menemukan novel Student Hijo dengan harga sangat murah (bagi aku yang masih minta duit orang tua waktu itu) dan mengenal nama Marco Kartodikromo sejak itu. sedih, karena tersadar betapa tidak dihargainya buku-buku seperti ini hingga nangkring nyasar di sebuah toko loakan kecil yang nyempil sepucuk diujung sebuah pasar kota kecil. ibarat kata, tersia-siakan dan seperti tak berharga.
Buku novel ini yang menurutku untuk 30 tahun kedepan sudah tak mungkin bisa ditemukan selama tidak diterbitkan lagi, adalah sebuah harta penting. harta yang mengenalkanku untuk mencintai sebuah seni yang sama sekali tidak bisa dinominalkan dengan uang. betapa bersyukurnya waktu itu aku bisa menemukannya pikirku. apa jadinya jika sekedar ditemukan orang lalu dijadikan bungkus kacang?.
Student Hijo terbitan Yayasan Aksara Indonesia
(2000)
Diterbitkan pertama kali di tahun 1918 melalui Harian Sinar Hindia. kemudian muncul kembali dalam bentuk sebuah buku pada tahun 1919.
Karangan satu ini sempat dipinggirkan oleh dominasi dan Hegemoni Balai Pustaka, bahkan hingga saat penerbitan buku cetakan pertamanya.
Student Hijo disebut-sebut sebagai perintis lahirnya sastra perlawanan (Fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang). Berkisah tentang awal mula kelahiran para intelektual pribumi yang lahir dari kalangan borjuis kecil, dan secara berani megkontraskan kehidupan di Nederlan dan Hindia Belanda.
0 komentar