DINDING
Aku, membangun sebuah rumah,
Dengan pondasi yang sangat kuat,
Dengan sekat tebal,
Juga dengan jendela dan pintu rapat agar nantinya tidak ada angin yang berhilir mudik masuk ke dalam melalui celahnya.
Hanya karena aku tidak menyukainya.
Aku, membangun sebuah rumah,
Yang kujadikan sebagai tempat persembunyianku,
Dan kutandai dengan diamku, dan tidak kuijinkan siapapun bertamu masuk kedalamnya
Hanya karena aku tidak menyukainya.
Badai yang sangat kuat, dan hujan yang sangat lebat?
Tidak tau berapa kali aku sudah diselamatkan karena aku berdiam di dalamnya.
Tentu saja! Aku berterima kasih untuknya.
Tapi di suatu subuh,
Aku menyadari bahwa rumah yang kubangun dengan seluruh tubuhku tidak lagi sama,
Tidak lagi ada pondasi kuat dan sekat.
Karena yang kulihat hanyalah sepetak ruangan
Dengan dinding-dinding es dingin,
Dan kosong tanpa isi.
Dari luar jendela,
Aku bisa melihat mereka, keluargaku
Berdiri di depan pintu dan berulang kali membunyikan lonceng bel dan ingin bertamu.
Tapi rumahku tidak mengijinkannya.
Seperti marah karena seolah sudah bisa membaca diriku yang ingin pergi keluar, dan meninggalkannya untuk membangun rumah yang lebih hangat.
Ia lalu menghilangkan pintu juga jendela bersama dengan bayangan ayah, ibu, juga adik perempuanku di luar sana.
Dalam ruangan kosong berdindingkan es dingin yang sangat tebal,
Aku tinggal sendiri di dalamnya.
Mencari celah,
Mencari cara untuk bisa keluar dan melarikan diri darinya.
0 komentar